Manajer Toxic? Kenali Manajer Disfungsional dan Solusinya

Ilustrasi manajer toxic dan disfungsional di tempat kerja beserta solusi penanganannya

Manajer Toxic? Kenali manajer disfungsional dan solusinya, agar lingkungan kerja tetap sehat dan karyawan berkembang maksimal.

Apa Itu Manajer Disfungsional ?

Tidak semua manajer mampu menjalankan perannya dengan baik. Manajer toxic? manajer disfungsional yang justru menunjukkan perilaku negatif sehingga membuat dirinya tidak efektif, bahkan bisa menjadi “racun” bagi organisasi. Kaswan (2014) menyebutkan bahwa manajer disfungsional seringkali melumpuhkan ide-ide baik, menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat, hingga mendorong karyawan untuk hengkang.

Perilaku disfungsional ini bisa berbentuk seperti kurangnya sensitivitas terhadap orang lain, ketidakmampuan bekerja sama dalam tim, gagal memenuhi target bisnis, hingga sulit beradaptasi dengan perubahan. Sebagai contoh, seorang manajer mungkin sangat ahli secara teknis, tetapi kasar dan menutup ruang bagi karyawan untuk menyumbangkan gagasan. Akibatnya, motivasi karyawan menurun dan hubungan dengan pihak internal maupun eksternal menjadi renggang.

Dampak Buruk Manajer Disfungsional

Keberadaan manajer disfungsional dapat memberi efek domino yang merugikan organisasi. Karyawan bisa merasa tidak dihargai, kehilangan motivasi, hingga mengalami stres kerja. Menurut penelitian Hogan & Kaiser (2005), kepemimpinan yang disfungsional sering menjadi penyebab utama turunnya kinerja tim dan meningkatnya turnover karyawan. Tidak jarang, potensi inovasi yang seharusnya berkembang justru terhambat karena gaya kepemimpinan yang buruk.

Strategi Mengatasi Perilaku Disfungsional

Meski demikian, manajer disfungsional bukan berarti tidak bisa diperbaiki. Jika manajer tersebut adalah aset berharga bagi organisasi dan bersedia berubah, perusahaan dapat membantunya melalui program pengembangan khusus. Kaswan (2014) mencontohkan pendekatan yang melibatkan assessment, pelatihan, serta konseling. Salah satu model yang dikenal adalah Individual Coaching for Effectiveness (ICE), yang mencakup diagnosis, coaching, dan aktivitas pendukung sesuai kebutuhan manajer.

Dalam program ini, psikolog atau coach profesional berperan penting dalam mendiagnosis masalah, memberikan arahan, serta membantu menyusun rencana aksi. Studi menunjukkan bahwa manajer yang mengikuti program seperti ICE mampu meningkatkan keterampilan kepemimpinannya dan lebih kecil kemungkinannya untuk diberhentikan.

Pentingnya Pengembangan Manajer

Organisasi seringkali hanya fokus memberikan pelatihan kepada karyawan dengan performa terbaik. Padahal, memberikan kesempatan pengembangan kepada manajer dengan perilaku disfungsional juga bisa menjadi strategi penting. Seperti ditegaskan oleh Hogan & Kaiser (2005), memperbaiki gaya kepemimpinan yang buruk dapat membawa dampak positif yang signifikan, baik bagi kinerja tim maupun iklim organisasi secara keseluruhan.

Baca Juga : Komunikasi Efektif, Reputasi Perusahaan di Tanganmu, Siap Nggak?

Referensi

  • Kaswan. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi. Bandung: Graha Ilmu.
  • Hogan, R., & Kaiser, R. B. (2005). What We Know About Leadership. Review of General Psychology, 9(2), 169–180.

(SGN-NFR)

Tombol WhatsApp - Hubungi Kami