- Phone: (031) 849 5566
- WA: +6282140060234
- Email: [email protected]
- Hours: Mon-Fri, 8am - 5pm
Skill Obsolescence: Ancaman Karier di Tengah Perubahan Cepat
Skill Obsolescence: Ancaman Karier yang muncul ketika keterampilan tidak lagi relevan di era perubahan cepat.
Apa Itu Skill Obsolescence?
Skill Obsolescence atau keusangan keterampilan adalah kondisi ketika kemampuan seseorang menurun karena tidak mengikuti perkembangan proses kerja, teknik, maupun teknologi terbaru sejak menyelesaikan pendidikannya (Kaswan, 2014). Dengan kata lain, apa yang dulu relevan bisa saja tidak lagi berguna saat ini.
Fenomena ini menjadi tantangan nyata di dunia kerja modern. Perubahan teknologi yang sangat cepat, terutama dengan hadirnya kecerdasan buatan (AI), digitalisasi, dan otomasi, membuat semua pekerja (baik teknis maupun profesional) berisiko mengalami keusangan keterampilan. Jika dibiarkan, hal ini dapat merugikan tidak hanya individu, tetapi juga perusahaan.
Dampak Skill Obsolescence
Ketika keterampilan seorang pegawai tidak lagi relevan, perusahaan akan kehilangan daya saing. Inovasi melambat, kualitas layanan menurun, dan pelanggan bisa beralih ke kompetitor yang lebih adaptif. Dari sisi individu, skill yang usang membuat peluang karier menyempit, bahkan dapat menghambat kepuasan kerja dan produktivitas. Kondisi ini menggambarkan Skill Obsolescence: Ancaman Karier yang nyata dan semakin sulit dihindari.
Menurut laporan terbaru World Economic Forum (2023), sekitar 44% keterampilan pekerja diperkirakan akan berubah dalam lima tahun ke depan. Artinya, urgensi untuk terus belajar dan beradaptasi semakin nyata.
Baca Juga : Belajar Bahasa Asing = Level Up Karier, Apa Betul?
Cara Menghindari Skill Obsolescence
Untuk mencegah keterampilan menjadi usang, perusahaan perlu membangun budaya belajar yang berkelanjutan. Tidak cukup hanya memberikan pelatihan formal, tetapi juga menciptakan iklim yang mendorong karyawan terus berkembang. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:
Memberikan kesempatan bertukar ide atau informasi, baik secara tatap muka maupun digital.
Menyediakan tugas menantang sejak awal karier agar pegawai terdorong mengasah kemampuan.
Mendorong partisipasi dalam kursus, seminar, konferensi, atau bahkan studi lanjut.
Menghargai dan memberi apresiasi pada karyawan yang aktif memperbarui keterampilan dan berinovasi.
Membuka ruang interaksi lintas tim untuk membahas masalah sekaligus mencari solusi kreatif.
Baca Juga : Biar Training Nggak Sia-Sia, Pakai Model Ini
Membangun Lingkungan Kerja yang Adaptif
Menghindari Skill Obsolescence: Ancaman Karier bukan hanya tugas individu, tetapi juga tanggung jawab perusahaan. Dengan komitmen menjadi learning company, perusahaan dapat terus memberi ruang bagi pegawai untuk berkembang, menjaga relevansi di tengah persaingan, sekaligus membantu karyawan meraih kepuasan kerja dan peluang karier yang lebih baik.
Referensi
- Kaswan. (2014). Career Development: Pengembangan Karir untuk Mencapai Kesuksesan dan Kepuasan. Bandung: Alfabeta.
- World Economic Forum. (2023). Future of Jobs Report 2023. Geneva: WEF.
- Cappelli, P. (2015). Skill Gaps, Skill Shortages, and Skill Mismatches: Evidence for the US. ILR Review, 68(2), 251–290.
(SGN-NFR)